Hai, namaku Widya
Kurniasari bisa di panggil Widya. Kali aku mau cerita tentang liburanku bersama
kedua orangku ke Gua Cina.
Ayam berkokok , bertanda pagi hari telah
menjelang. Ibuku membangunkanku untuk segera mandi .
“Widya .. ayo
bangun mandi lalu sholat shubuh!” tutur Ibuku.
“Iya..bu.”
ungkapku dengan sedikit rasa mengantuk.
Lalu aku segera mandi dan sholat, setelah
sholat aku di suruh ibuku untuk bersarapan.
“Widya..ayo
sarapan dulu!” tutur ibuku.
“Iya bu..”
ungkapku.
“Habis sarapan
kita berangkat ya..biar nanti datangnya enggak kesiangan disana!” tutur ibuku.
“Okee!!! bu .” tuturku dengan semangat.
Kemudian aku
berangkat untuk ke Gua Cina. Sebelum kami ke Gua Cina, kami pergi dahulu ke
Sendang biru. Sesampai di Sendang Biru, aku terkejut karena menurutku,
tempatnya kumuh dan banyak sampah yang berserakan di sekitar pantai.
“Ya Allah.. bu
sampahnya banyak sekali!!” ungkapku dengan terkejut.
“Iya Wid.. semua
wisatawan yang kesini tidak memperdulikan akan kebesihan di lingkungan sekitar pantai.” tutur ibuku.
“Iya..bu benar
sekali.” ungkapku.
Kemudian aku dengan ibuku melihat-lihat
di sekeliling pantai. Disana adalah tempat pelelangan ikan dan tempat jual beli
ikan. Setelah melihat-lihat pantai, kamipun mencari tempat untuk membeli
makanan.
Setelah makan aku
dan kedua orang tuaku melanjutkan perjalan untuk pergi ke Gua Cina. Satu jam
berlalu aku dan kedua orang tuaku sampai di Gua Cina.
Ombak berlari-lari sangat kencang, air
dan tanah yang sangat indah, dan karang-karang besar yang tertata dengan
sendirinya dengan indah. Aku pun tidak sabar itu bermain air.
“Subhanaallah!!!
Indahnya pantai ini!” ungkapku dalam hati.
“Ya Allah wid..
bagus sekali pantainya!!” tutur ibuku dengan sangat terkejut.
“Iya bu.. bagus
sekali, dan kebersihan pantainya sangat terjaga.” ungkapku.
“Iya Wid.
Lingkanganya sangat bersih sekali.” tutur ibuku.
Kemudian aku langsung bermain air dengan
ibuku. Karena pemandangannya sangat bagus ibuku meminta untuk berfoto, karena
ibuku tidak mau kehilangan moment yang indah ini. Lalu aku memfotokan ibuku,
sebelum aku memfotokan ibuku, Hpku jatuh ke laut karena terkena ombak yang
sangat besar .
Pada saat itu, ombak datang secara
tiba-tiba dengan sangat besar dan menerjangku, sampai-sampai aku jatuh dan
terseret ombak.
“Widya..Widya...Widya!”
tutur ibuku sambil memegang tanganku agar tidak hanyut.
“Ibu..!! ini Hpku
tolong bawakan bu.” Ungkapku sambil mengasih Hpku ke ibuku.
“Ya Allah..
semoga Hpku bisa dipakai lagi.” Ungkapku dalam hati dengan sedikit sedih.
Kemudian ibuku mengajak aku bermain air
di pantai agar aku tidak sedih lagi karena teringat oleh Hpku yang jatuh tadi
terkena ombak. Dua jam berlalu aku bermain air, kesedihanku pun hilang karena
pemandangan pantai yang sangat indah ini membuatku tidak sedih lagi.
Sinar matahari
tidak terang lagi, bertanda menjelang sore aku pun di suruh mandi oleh ibuku
karena habis bermain air di laut.
“Widya..sudah
main airnya, Ayo manid!!” tutur ibuku.
“Loh!! Nanti aja
bu, mandinya.” Ungkapku sambil menolak.
“Ayo..mandi Wid,
nanti kita pulangnya kemaleman dan besok kamu sekolah.” Ungkap ibuku.
“Ya udah bu.”
Ungkapku sedikit kesal.
Lalu aku menuju ke kamar mandi. Setelah
mandi aku di ajak kedua orang tuaku untuk makan. Setelah itu kami pulang.
Di perjalanan
ayahku mengajak aku dan ibuku ke Masjid Turen yang katanya masjidnya sangat
besar.
“Ibu, Widya ayah
mau mengajak kalian ke Masjid Turen!” ungkap ayahku.
“Ohhh..!! Masjid
Turen yang katanya masjidnya besar dan terkenal itu ya, yah?” ungkap ibuku.
“Iya… bu. Mau
enggak kesana??” Tanya ayahku kepada aku dan ibuku.
“Mau!!!! Yah.”
Ungkapku dan ibuku dengan kompak.
Lalu aku dan kedua orang tuaku menuju
kesana. Dua jam berlalu, kamipun sampai disana. Ternyata benar kata orang-orang
kalau masjidnya sangat besar dan bagus.
“Bagus ya, yah
masjidnya.” Ungkap ibuku kepada ayahku.
“Iya..bu.” ungkap
ayahku.
“Ternyata bener
ya, yah kalau masjidnya besar dan bagus.” Ungkapku dengan terkejut.
“Iya Wid.” Tutur
ayahku.
Kemudian kami melihat-lihat di sekeliling
dan tempat-tempat yang berada di Masjid Turen.
“Aku lihat-lihat
arsitekturnya masjid ini seperti tempat pura-pura ya, yah??” ungkapku.
“Iya.. Wid
benar.” Ungkap ayahku.
Setelah mengelilingi masjid, kami membeli
oleh-oleh dan souvenir untuk saudaraku yang ada dirumah. Setelah membeli
kamipun kemudian pulang.
karya: Widya Kurniasari
0 komentar:
Posting Komentar